Selamat Datang di BLOG RINZI,PERJALANAN MENGGAPAI RIDHO ILLAHI

Senin, 18 April 2011

Baso Asti

Bulak-balik Asti keluar masuk rumah kontrakannya, gelisah menunggu sesuatu. Dari jam 5 sampai dia selesai sholat maghrib yang ditunggu tidak datang. Perutnya sudah keroncongan menagih di isi, padahal dirumah ada nasi, telur dan mie instan tapi Asti tetap setia menanti kedatangan tukang baso yang sering lewat depan gang kontrakannya, Asti yang lagi ngidam membayangkan baso adalah makanan mewah. Tapi ditunggu-tunggu tetap si tukang bakso itu ga nongol-nongol.

“Mas anterin...” rengek Asti ke suami.

“Kemana?” Kata suaminya.

“Beli bakso lah mas... Asti tunggu-tunggu dari tadi bakso nya ga muncul-muncul... Asti kan lapar.”

“Ya tunggu aja dulu sebentar lagi... “

“Maas....” rengek Asti lagi.

Suaminya yang tak tahan denger istrinya merengek terus, mulai mengalah. “Ok, mau beli dimana?”

“Di depan pasar Prawirotaman...”

Lalu pergilah sepasang suami istri ini berjalan kaki dari dimulai dari kuburan karang kunti sampai pasar prawirotaman. Ditemani bintang-bintang dan bulan yang bersinar, serta angin yang berhembus pelan saat melewati ratusan kuburan disepanjang jalan sambil bergandengan tangan. Sungguh suasana yang romantis bagi keduanya.

Sesampainya didepan pasar prawirotaman, senang sekali Asti melihat gerobak baso penuh dengan baso-baso sesuai dengan yang dibayangkan.

“Mas Basonya 1 bungkus.” Kata Asti kepada abang bakso.

Dengan cekatan si tukang bakso meracik. Beberapa menit kemudian selesailah, lalu diserahkan baso racikan si abang bakso ke Asti. Asti begitu bahagia menerima bakso itu. Tak sabar Asti ingin memakannya, bau khas dari daging dan kuah basonya menggoda selera Asti.

Asti heran kok suaminya tidak memberikan respon kepada abang bakso yang sedang menunggu pembayaran. “Mas.... bayar ich...” tegur Asti mengingatkan.

“Loh bukannya Asti yang bayar... Mas ga bawa uang.” Kata suaminya kaget.

Asti memucat... tidak rela Asti menyerahkan bakso itu kembali ke abang bakso. Dengan agak panik Asti merogoh-rogoh kantong jilbabnya yang kanan. “Tidak ada.” ucap Asti dalam hati. Lalu Asti melanjutkan dengan merogoh-rogoh kantung jilbabnya yang kiri. Ada selembar kertas dikantung jilbabnya. “Jangan sampai seribu... jangan sampai seribu...” doa Asti dalam hati sambil mengeluarkan uangnya pelan-pelan dari dalam jilbab. Fuiiih.... Asti bernapas lega, “PAS” lima ribu rupiah di kantung bajunya. Diserahkan ke abang bakso itu dengan senyum lega.

“Mas kenapa ga bawa uang sih? untung aja Asti nyimpen lima ribu di kantong. Coba kalo enggak?” Kata Asti kepada suaminya dengan nada menyalahkan dan ngambek.

Suami nya tersenyum lalu berkata “Ya... kalo enggak Asti tungguin di tukang abang bakso, Mas pulang dulu...”

Tersenyum lah Asti mendengar jawaban suaminya, suaminya rela pulang untuk mengambil uang. Pikir Asti.

“Trus ga balik-balik....hahahaha...” kata suaminya sambil tertawa lepas. “Adaaaow...sakit-sakit...”

Asti mencubit suaminya, “Uhh...” tapi Asti bahagia baksonya sudah ada ditangan. “Kita makan berdua ya dek.” ucap Asti dalam hati ke bayi diperutnya.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar: