Selamat Datang di BLOG RINZI,PERJALANAN MENGGAPAI RIDHO ILLAHI

Jumat, 14 November 2008

[Ri2n Cerita] Tentang Dunia

“Ayo Riz…sekali-sekali ikut Friday Talking-Nya FKMI, cuma diskusi biasa koq, sekaliii ini aja.” Sambil narik-narik tangan Rizka.

“Ga ach rin malu… Rizka kan dandanannya kayak gini.”

Kulihat tampilannya dari atas sampai bawah, baju ngepres, celana jeans, kerudung pendek. “hehehe… gak apa apa koq, cuek aja… mau ya?”

“Rin gw malu… riz kan beda dunia ama mereka. Ntar disuruh ngaji rutin lagi… Rizka males ach…” katanya menggerutu seperti anak kecil.

Aku tersenyum mendengar ucapannya *sabar* ucapku dalam hati. “Ga apa apa, untuk kali ini aja, besok-besok terserah Rizka mau ikut lagi atau ga, niatkan hari ini karena Allah, bukan karena rin maksa… semoga Amal perbuatan mu hari ini dibalas berkali-kali lipat.”

Dan jalanlah kami berdua ke belakang rektorat untuk mengikuti Friday Talking, walaupun Riz agak terlihat terpaksa.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perkataan yang biasa rin dengar dari temen-temen “dunia biasa” yaitu “males ach ngaji…” indah cara pengucapannya, mengena di hati, dengan percaya dirinya yang luar biasa.

Entah karena apa dan mengapa, kajian FT itu terlihat menyeramkan, dimana yang ngajinya itu para akhwat-akwat yang mengenakan jilbab dan kerudung lebar, duduk melingkar di taman belakang rektorat, beralaskan tikar, terkesan eksklusif *padahal tidak*.

Miris juga seh waktu ada yang bilang, “Lihat deh ngapain seh tu pada ngumpul-ngumpul, jadi takut, jangan-jangan aliran sesat,” or “Wah teroris ngumpul.”

Masa seh rin pada ngomong gitu? Eh… bener loh… orang-orang “dunia biasa” ngomongnya langsung depan muka, *kadang-kadang dibelakang rin, disamping juga pernah, di sekitaran dah* Indah benar ucapanmu… kataku dalam hati.

Temen-temen “dunia biasa” juga sering bilang, “Kita ini beda dunia rin…”

“Wah memangnya kamu berada di dunia yang mana, dan aku berada di dunia yang mana?”

“Yah… terlalu fanatik gitu… yang biasa aja dunk rin.”

Yah… mereka hidup dalam “dunia biasa” (baca: sekulerisme) dan aku hidup dalam “dunia fanatik islam”.

Mereka sadar kalau “kefanatikan” ku dan kawan-kawan “dunia fanatik” ini adalah benar (ngaji rutin, pake jilbab, pake krudung yang menutupi dada *malah kelebihan*, tidak ikut-ikutan campur baur dengan ikhwan non mahram, punya prinsip islam). Tapi mereka tolak karena ketidaksiapan mereka *atau ketidak tahuan mereka akan pentingnya berusaha menggapai islam yang sempurna*.

“Aku ga mau terlalu banyak mikir, udah yang gini-gini aja.”

“Ngapain kalian kuliah kalau dari awal memang ga mau mikir? Dan untuk apa kalian diberi akal kalau bukan dipakai untuk berfikir. Apa ini lebih susah dari soal Kalkulus, integral, differensial, atau aljabar?”

Ini karena ketidaktahuan.

Ini karena Pengaruh lingkungan.

Ini karena sistem yang salah.

Sehingga Islam diasingkan dari umatnya.

CukupLah menjadi alasan mengapa dunia ini menertawakanmu….


“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

(QS Ali Imran [3]: 103)


Mood : Gi BT....beuh... UTS bentar lagi, mo pasrah aja dah... belajar yang bisa aja... MaTKriT (matematika diskrit) tantangan yang berat.... pusing gw....

[ Read More.. ]

Kamis, 30 Oktober 2008

Sandal Jepit Istriku

(By : Yulia Abdullah)

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengka n kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku.
"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.
"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa, " ucap isteriku lagi.

"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurang an isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya. "

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
"Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu. ..," ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

Nangis euy bacanya....

[ Read More.. ]

Jilbab Bagi Muslimah hukumnya wajib

Copy paste dari sini...

masihkah kau menolak kenyataan sebenarnya?


Apakah Berjilbab Termasuk Masalah Ijtihadi Dalam Syari’ah Islam Sehingga Kedudukannya Menjadi Relatif?

Di akhir zaman ini banyak orang yang berani berfatwa dengan menabrak kesepakatan para ulama, keluar dari kaidah belajar ilmu fiqh yang disepakati, mencari pendapat-pendapat yang syadz (nyleneh), yang bagi orang yang benar-benar mempelajari fiqh tidak tertutup lobang-lobang kelemahan mereka, semua ini mereka lakukan hanya demi memuaskan orang-orang kafir bahwa Islam itu toleran, mengikuti zaman, padahal kelemahan pendapat mereka itu amat sangat mereka sadari.

Mirisnya lagi hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang katanya bergelar doktor atau bahkan profesor, lalu diajarkan dengan penuh semangat di universitas-universitas yang sebagian besar (tidak seluruhnya) para pengajarnya belajar dari negara-negara sekular dan kuffar, atau ada pula yang belajar dari negara Islam tapi pada orang-orang yang sudah nyleneh pula dan dikenal menjadi kolaborator kuffar.

Salah satu dari fatwa yang demikian itu adalah bahwa Jilbab itu tidak wajib, atau merupakan masalah ijtihadiyah, atau masalah khilafiyyah, sehingga dalil hukumnya bersifat relatif dan tidak mengikat, demikianlah salah satu igauan mereka di siang-bolong, yang jika kita teliti fatwa-fatwa mereka itu nampaklah pemutar-balikan fakta di mana-mana, perancuan dalil yang shahih dengan yang dha’if, memaksakan diri menggunakan tafsir bir ra’yil qabih/tafsir dengan logika yang sesat (karena ada juga tafsir yang bir ra’yi shahih/logika tapi terbimbing oleh wahyu), dan mereka ini secara sengaja menjauhi tafsir bil ma’tsur (tafsir menggunakan dalil, karena akan menghancurleburkan semua pijakan mereka itu), mereka juga menggunakan kaidah ushul-fiqh secara terbalik-balik sesuai hawa nafsu mereka sendiri, dll.

Yang kesemuanya itu hanya menunjukkan ashabiyyah (fanatisme) terhadap syahwat dan taqdis (pengkultusan) kepada akal secara berlebihan, yang kesemuanya ini merupakan ciri sebagian aliran mu’tazilah-jadidah (neo-rasionalis) yang kemudian sayap radikalnya bermuara kepada aliran liberal yang menyempal jauh dari ajaran Islam, merupakan mazhab sempalan dalam ajaran Islam, sebagaimana mazhab Syi’ah maupun Khawarij.

Salah satu ciri kelompok ini adalah pernyataan mereka bahwa dalam syariat Islam kebenaran sebuah pandangan adalah relatif karena semuanya adalah ijtihad, maka setiap orang berhak untuk memilih mana yang menurutnya benar.. Inna liLLLAAHi wa inna ilayhi raji’un! Dari mana munculnya igauan seperti ini?! Coba tunjukkan referensi yang mu’tabar (diakui sebagai referensi syari’ah) yang menyebutkannya?! Kecuali referensi para orientalis atau murid-muridnya, maka tidak ada jumhur-ulama yang mengakuinya kecuali kalangan orientalis dan para pengikut-pengikutnya, semoga mereka diberi hidayah sehingga kembali ke jalan Islam yang lurus, aamiin..

1. Makna Penutup Aurat dan Jilbab

a. Aurat dalam bahasa Arab bermakna keburukan manusia[1], atau celah/kekurangan[2], adapun menurut syari’ah didefinisikan sebagai apa-apa yang diwajibkan untuk ditutupi dan diharamkan untuk dipandang[3].

b. Jilbab berbeda dengan kerudung (khumur)[4], karena jilbab adalah baju kurung yang panjang/jubah[5] yang digunakan agar menutupi seluruh yang di bawahnya. Ia merupakan kain yang diselubungkan di atas kerudung[6], atau sejenis kain selubung/semacam mantel (milhafah)[7].

2. Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Dalam Al-Qur’an

a. Yang Wajib Berjilbab Bukan Hanya Istri Nabi Saja:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan ALLAAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[8]

Berkata Imam At-Thabari bahwa maknanya, ALLAAH SWT berfirman pada nabi SAW: Hai Nabi, katakan pada istrimu, anak-anak-mu dan wanita muslimah: Janganlah kalian menyerupai wanita-wanita lain dalam cara berpakaiannya (yatasyabbahna bil ima’i fi libasihinna) yaitu dengan membiarkan rambut dan wajah terbuka, melainkan tutup semua itu dengan jilbab[9]; berkata Imam Ibnu Katsir bahwa maknanya: ALLAAH SWT menyampaikan kepada Nabi-NYA agar memerintahkan kepada semua wanita muslimah agar menjaga kehormatan mereka dan agar mereka berbeda dengan cara berpakaiannya wanita jahiliyyah yaitu hendaklah gunakan jilbab[10]; berkata Imam Asy-Syaukaniy bahwa ayat ini sabab-nuzulnya adalah berkenaan dengan peristiwa keluarnya Saudah RA yang dicela oleh Umar RA, lalu turun ayat ini yang membolehkan wanita keluar rumah untuk suatu kepentingan asal mereka menutup jilbabnya[11].

b. Ayat Ini Tidak Ada Kaitannya Dengan Haditsul ‘Ifki

Di antara salah satu kedunguan mereka dan tidak berilmunya mereka dan guru-guru mereka, adalah kata-kata mereka bahwa asbab-nuzul ayat ini berkaitan dengan peristiwa haditsul-’ifki pada Ummul Mu’minin Aisyah RA.. Laa hawla walaa quwwata illa biLLAAH.. Persis sebagaimana dalam pepatah Arab dikatakan: Saarat Musyarriqah wa sirta Mugharriban, Syattaana baynal Musyarriq wa Mugharrib (Ia berjalan ke Timur tapi engkau malah berjalan ke Barat, Ketahuilah sungguh amat jauh jaraknya antara Timur dan Barat itu). Sebagaimana kita ketahui bahwa peristiwa Al-’Ifki itu turun berkenaan dengan QS An-Nuur[12], tidak ada hubungannya dengan QS Al-Ahzab, karena surah Al-Ahzab turun berkenaan dengan itu, melainkan berkenaan dengan bantahan kepada orang-orang Munafiq Madinah seperti Ibnu Ubay, dll yang didatangi tokoh-tokoh Quraisy Makkah ba’da perang Uhud, lalu mereka takut Nabi SAW akan mengetahui mereka, lalu turun surah ini untuk meneguhkan Nabi SAW dan membantah mereka[13].

c. Ayat ini Tidak Bisa Menggunakan Kaidah Fiqh: Al-’Ibratu Bikhushushi Sabab La Bi Umumi Lafzh (Hukum itu Berdasarkan Khususnya Sebab Bukan Umumnya Lafzh)

Salah satu bentuk kerancuan berfikir mereka menyimpangkan kaidah secara tidak benar untuk mengelabui orang-orang bodoh (karena memang hanya orang bodoh saja yang tertarik pada pendapat mereka), bahwa sudah jelas-jelas ayat tersebut menyatakan: Qul Li Azwajika wa Banatika wa Nisa’il Mu’mina (Katakan pada istrimu, anakmu dan PARA WANITA MUSLIMAH..), lalu tiba-tiba mereka bicara tentang kaidah berdasarkan khususnya sabab saja, lha kepriben tho mas?! Sudah menjelaskan sabab-nuzulnya aja sudah ngawur di atas, lalu bertambah ngawur lagi dalam menggunakan kaidah ini sementara khithab ayat ini bersifat umum dan tidak bisa di-takhshish.. Mengapa mereka sampai berfikir dengan kaidah terbalik-terbalik demikian?! Karena kebohongan dan tidak menjaga amanah ilmiah, sudah mendarah-daging dalam diri mereka dan diajarkan juga oleh guru-guru mereka, sehingga memutar-balik hukum, dalil dan ayat tidak menjadi masalah buat mereka, yang penting hawa-nafsu mereka terpuaskan, kalau perlu mengambil dalil fiqh dan hadits dari kitab sastra juga tak apa, yang penting berargumen dengan Kitab Kuning supaya nampak “pinter”, kalau ada yang ngerti lalu mengecek dan menunjukkan letak salahnya, cukup mereka katakan saja: maaf salah tulis, kan beres, lalu cari lagi kitab lainnya, siapa tahu tidak ketahuan belangnya, na’udzu biLLAAHi min dzalik…

d. Saat Turun Ayat Jilbab ini Para Shahabat Wanita Langsung Melaksanakannya Tanpa Banyak Alasan dan Keberatan

Berkata Ibnu Abi Hatim, telah menceritakan kepada kami Abu AbdiLLAAH Azh-Zhahraniy, dari apa yang ditulisnya untukku, telah menceritakan kepadaku AbduRRAZZAQ, telah menceritakan kepadaku Ma’mar, dari Ibnu Khutsaim, dari Shafiyyah binti Syaibah, dari Ummu Salamah berkata: “Semoga ALLAAH SWT merahmati para wanita Anshar, pada saat turun ayat ini[14] maka keluarlah semua wanita Anshar seolah-seolah di kepala-kepala mereka ada burung Gagak (Al-Ghirban), karena jilbab yang mereka kenakan dengan bahan yang seadanya yang mereka temui saat itu juga.”[15]

3. Aurat Wanita Dalam As-Sunnah

a. Hadits Pertama:

“Tidak diterima shalat wanita yang sudah haidh (baligh –pen) kecuali menggunakan khimar (kerudung).”[16]

b. Hadits Kedua:

“Sesungguhnya Asma’ binti Abibakr (saat itu ia masih remaja –pen) masuk ke tempat Nabi SAW menggunakan pakaian yang menampak samar-samar bayang-bayang kulit di bawahnya, maka Nabi SAW berpaling darinya sambil bersabda: Wahai Asma’ sesungguhnya wanita itu jika sudah haidh tidak boleh nampak bagian tubuhnya kecuali ini dan ini, beliau SAW memberi isyarat pada wajah dan tapak tangannya.”[17]

c. Hadits Ketiga:

“Ada 2 kelompok manusia penghuni neraka yang belum pernah kulihat (saat beliau SAW hidup –pen), yang pertama laki-laki yang memegang cambuk seperti ekor sapi yang kerjanya memukuli manusia dengannya; yang kedua wanita yang berpakaian tetapi telanjang kalau jalan berlenggang-lenggok menggoda rambutnya seperti punuk unta, 2 kelompok ini tidak masuk Syurga dan tidak bisa mencium bau Syurga, padahal baunya tercium dari jarak sekian dan sekian (jarak yang amat jauh –pen).”[18]

4. Aurat yang Wajib Ditutup Menurut Madzhab Yang Empat

a. Menurut Madzhab Hanafi: Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan 2 telapak tangannya[19], oleh karenanya kepala wanita adalah aurat yang harus ditutup[20]. Bahkan berkata Imam Hanafi: Kewajiban menutup aurat di depan manusia sudah menjadi ijma’ (konsensus semua ulama), demikian pula saat ia shalat walaupun shalatnya sendirian, maka seandainya saja ada orang yang melakukan shalat dalam keadaan sendirian tidak menutup aurat sekalipun di tempat yang amat gelap-gulita padahal ia memiliki pakaian yang dapat menutupinya maka shalatnya batal[21].

b. Menurut Madzhab Maliki: Aurat wanita di depan sesama wanita muslimah adalah sama dengan aurat laki-laki dengan sesama laki-laki (yang tidak boleh terlihat hanya antara pusar sampai lutut -pen)[22], aurat wanita di depan laki-laki muslim adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan 2 tapak tangannya, aurat wanita di depan laki-laki kafir adalah seluruh tubuhnya termasuk wajah dan 2 tapak tangannya[23]. Berkata Imam Malik: Jika seorang wanita merasa wajahnya atau tapak tangannya demikian indahnya sehingga ia amat kuatir orang yang melihatnya terkena fitnah maka baik ia tutup bagian tersebut (dengan cadar misalnya –pen)[24].

c. Menurut Madzhab Syafi’i[25]: Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan 2 tapak tangannya[26], yaitu tapak tangannya yang bagian atas maupun yang bagian bawahnya bukan termasuk aurat, tapi dalam masalah ini madzhab kami ada 2 qaul, namun berkata Al-Muzni bahwa yang kuat ia bukan termasuk aurat[27]. Telapak kaki wanita termasuk aurat[28], bagi banci yang menurut kedokteran dominan sifat wanitanya maka auratnya sama dengan aurat wanita[29]. Berkata Imam Syafi’i: Bukan hanya batas aurat-nya[30] saja yang harus ditutup, melainkan tidak cukup aurat tersebut ditutupi oleh pakaian yang menutupi seluruhnya jika ia masih ketat/membentuk tubuh[31].

d. Menurut Madzhab Hanbali: Ada 2 qaul[32], yang pertama menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuhnya sampai ke kuku-kukunya[33] berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi: Al-Mar’atu ‘aurah (wanita itu aurat), dan qaul kedua dikecualikannya wajah dan 2 tapak tangan berdasar hadits larangan bagi wanita menutup keduanya saat Ihram[34], juga sesuai dengan makna ayat “maa zhahara minha (kecuali yang biasa nampak)”[35] maka wajah dan 2 tapak tanganlah makna ayat tersebut karena keduanya tidak mungkin ditutup untuk mengenali orang saat berbisnis dsb[36], ada juga yang menambahkan kedua tapak kaki[37].

e. Tarjih wal Mulahazhat: Sebab dari adanya perbedaan pendapat ini adalah dalam menafsirkan ayat QS An-Nur di atas. Apakah maknanya ada yang boleh nampak atau maknanya tidak ada yang boleh nampak bagi wanita. Jumhur fuqaha berpendapat wajah dan 2 tapak tangan bukan aurat bagi wanita (Imam Hanafi menambahkan tapak kaki wanita bukan aurat), sementara Abubakar bin AbduRRAHMAN dan satu qaul dari Imam Ahmad berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat.

Mereka yang berpendapat bahwa tidak ada yang biasa nampak untuk wanita dan menyatakan seluruh tubuhnya adalah aurat, berdalil dengan menafsirkan ayat ini dengan ayat di surah Al-Ahzab di atas (tafsirul Qur’an bil Qur’an). Adapun kelompok yang menyatakan adanya pengecualian wajah dan 2 tapak tangan berdalil dengan wajibnya membuka kedua hal ini saat hajji berdasar hadits-hadits shahih, dan pendapat yang kedua ini lebih kuat waLLAAHu a’lam bish Shawaab.

Demikian wahai para wanita muslimah –rahimakumuLLAAH-, jadi bukan menggunakan pendekatan logika atau pendekatan kultural Arab, antropologi, sosiologi dan yang semacamnya yang tentu saja bisa berbeda-beda, rambut sama hitam pendapat bisa berbeda. Melainkan semuanya itu - jika kita bicara syari’ah - harus berdasarkan dalil dan di-istinbath menggunakan metode ilmu syari’ah yang benar dan bukan metode kirata (dikira-kira tapi nyata).

Dan yang demikian ini jika kita masih menganggap Al-Qur’an itu adalah firman ALLAAH SWT yang terjaga dari kesalahan, dan Hadits Shahih adalah sabda Nabi SAW yang ma’shum lepas dari hawa-nafsu. Kecuali jika kita anggap Al-Qur’an seperti koran harian yang bisa direaktualisasi atau hadits Nabi SAW setara dengan ucapan Nietsche atau Juergen Habermas, maka sungguh aku berlindung pada ALLAAH SWT dari hal yang demikian bagi diriku sendiri dan seluruh keturunanku, fa ayna tadzhabina ayyuhal muslimah..???

___
Catatan Kaki:

[1] Lih. Ash-Shihaah Fil Lughah, II/5; Tahdzib Al-Lughah, I/367

[2] Lih. Lisanul Arab, IV/612; Tajul Arus, I/3257

[3] Lih. Al-Fiqh Al-Islamiy, I/738

[4] Tafsir Ibnu Katsir, VI/481

[5] Kamus Al-Munawwir, bab Ja-la-ba, hal 199

[6] Demikianlah pendapat para mufassir seperti Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qatadah, Hasan Al-Bashri, Said bin Jubair, Ibrahim An-Nakha’i, Atha’ Al-Khurasaniy.

[7] Lih. Ash-Shihaah, I/101; demikian pendapat Al-Jauhary berdasarkan sya’ir seorang tokoh wanita dari suku Hudzail: “Berjalanlah ia seorang diri dengan lalai.. Yaitu dengan telanjang (hanya berkerudung saja –pen) tanpa berjilbab.”

[8] QS Al-Ahzab, 33:59

[9] Tafsir At-Thabari, XX/324

[10] Tafsir Ibnu Katsir, VI/481

[11] Tafsir Durrul Mantsur, VIII/208, hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Al-Baihaqi dan Ibnu Sa’d

[12] Shahih Bukhari, no. 2314, 6633 dan Muslim, no. 1697

[13] Lih. Asbab Nuzulil Qur’an, Al-Wahidi, I/126; Lih. Juga Tafsir Munir, Az-Zuhayli, XI/247

[14] QS Al-Ahzab, 33:59

[15] Lih. Tafsir AbduRRAZZAQ, II/101; ada riwayat lain yang menjadi syawahid atas hadits ini yang diriwayatkan Al-Hasan bin Muslim, dari Shafiyyah binti Syaibah, dari A’isyah RA (Lih. Shahih Bukhari, no. 4759)

[16] HR Abu Daud no. 164; Tirmidzi, II/215-216; Ibnu Majah no. 655; Ibnu Abi Syaibah, II/28; Al-Hakim, I/251; Al-Baihaqi, II/233; Ahmad, VI/150; Di-shahih-kan oleh Albani dalam Al-Irwa’, I/214

[17] HR Abu Daud, II/138, hadits ini dha’if tapi ada syahid dari hadits Asma’ binti Umays RA dari Al-Baihaqi, VII/76, sehingga menjadi hasan, lih. Al-Irwa’, VI/203

[18] HR Muslim, XIV/229 hadits no. 5704 (Imam Muslim sampai menamai babnya ini dengan nama: “Wanita2 yang Berpakaian Tapi Telanjang”); Al-Baihaqi, II/234; Ahmad, II/355

[19] Al-Ikhtiyar Li Ta’lil Al-Mukhtar, I/4

[20] Al-Mabsuth, II/64

[21] Raddul Mukhtar, I/375

[22] Mawahib Al-Jalil fi Syarh Mukhtashar Syaikh Khalil, IV/16

[23] Asy-Syarhul Kabir Li Syaikh Ad-Dardir, I/214

[24] Mawahib Al-Jalil fi Syarh Mukhtashar Syaikh Khalil, IV/24

[25] Imam Az-Zayadi Asy-Syafi’i dalam Syarhul Muharrar menyebutkan 4 jenis aurat bagi wanita: Pertama, aurat saat shalat yaitu kecuali wajah dan 2 tapak tangan; Kedua, aurat pandangan dari orang laki-laki yaitu semuanya termasuk lelaki dilarang memandangi secara terus-menerus wajah dan tangan wanita; Ketiga, aurat di depan suami atau saat sendirian yaitu sama dengan aurat laki-laki (kecuali pusar dan lutut); Keempat, aurat di depan orang kafir yaitu seluruh tubuhnya (Lih. Hawasyi Asy-Syairaziy, II/112).h

[26] Al-Majmu’, III/167

[27] Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftin, I/104

[28] Al-Umm, I/109

[29] Fathul Wahhab, I/88

[30] Aurat ada yang mughalazhah (aurat besar) yaitu 2 kemaluan dan ada yang ghairu-mughalazhah (aurat kecil), keduanya harus ditutup

[31] Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah, hal. 54

[32] Menurut Abul Ma’aliy Al-Hanbali, aurat anak sbb: 1) Sblm 6 tahun semuanya bisa dilihat, 2) Setelah 6 th yang boleh dilihat rambut, betis dan lengan (ada juga yang menyatakan seluruh tubuhnya kecuali 2 kemaluan), 3) Setelah 10 tahun sama dengan setelah baligh (lih. Al-Furu’ Libni Muflih, I/476).

[33] Ibid.

[34] Asy-Syarhul Kabir, I/458

[35] QS An-Nur, 24/31

[36] Al-Iqna’, I/113

[37] Al-Furu’ Libni Muflih, I/476

[ Read More.. ]

Senin, 13 Oktober 2008

[Ri2n Cerita] Serba Ok

LASKAR PELANGI… rin suka tu bukunya, tapi cuma baru baca seperempatnya aja, habisnya rin bacanya di perpus FKIP, secara bukan fakultas rin, ke perpus FKIP juga itu pas dapet tugas dari dosen, klo ga gitu mh ga bakal ke perpus FKIP, pengen seh lanjutin baca tu buku, tapi rin malu tiap hari mesti ke purpus FKIP cuma buat baca buku Laskar Pelangi, ya sudah rin menahan rasa penasaran ini.

Bisa seh minjem ke temen, tapi… temen-temen ga pada punya neh… bisa juga baca ebook nya, malahan rin punya… tapi karena ga penting-penting banget, jadi males bacanya *kan beda baca di kertas dengan baca di komputer*….hohohoho.

LASKAR PELANGI… karena banyak yang suka, trus buku nya jadi “best seller” dibikin deh film nya, waaaaaah… rin pengen nonton…. Bisnya males baca bukunya mending nonton filmnya…

“Rin kita nonton Laskar Pelangi yuk?” Kata siti pas kuliah Aljabar hari selasa tanggal 23 September.

“Hm… memangnya mo kapan?” kataku.

“Sabtu yuk? Atau kapan gitu, Rin kapan mudik?”

“Wah ga bisa rin hari Kamis dah ke jakarta…” kataku…


Berdosa rin karena rin udah boong ma siti, sebenernya rin berangkatnya tanggal 30 September, duh rin bulan puasa malah boong… ckckckckckc….

LASKAR PELANGI… masih juga menjadi pembicaraan temen-temen walaupun Lebaran telah lewat *kagak ngaruh kali rin*… pertama kali nya di bulan oktober menginjak daerah kampus *yang kukira kuliah ternyata dosennya masih pengen libur*.

“Hei jadi ga kita nonton?” kata Mar.

“Jadi…jadi… pada ikut ya? Kita nonton Laskar Pelangi…” Kata Ay.

Duh… mo pada nonton ya… mesti kabur neh…

“Rin ikut ya?” Kata Ay ke Rin.

“Heee…” kataku nyengir. “Kagak ach…”

“Kenapa?”


Waduh… pengen seh… lagipula ga enak juga nolak…. tapi… RIN HARUS NOLAK…

“Ga kenapa-kenapa… cuma pengen pulang aja.”

Yah… temanku yang tersayank kecewa deh… ya… mo gimana lagi….

Duh… sampe sekarang juga pengen seh nonton Laskar Pelangi, tapi ada sesuatu hal yang rin harus hindari...

Kita bercerita tentang terakhir rin nonton di bioskop yaitu pas film AAC, tapi sungguh rin NYESEL nonton di bioskop, rin juga sebenernya pas nonton di bioskop ngerasa ga nyaman. Dan rin waktu itu belum sadar….kenapa seh rin ngerasa ga nyaman?

Pas AAC keluar bajakannya, temen-temen di FKMI mendiskusikan film itu, dan dilihat dari pengalaman mereka nonton GA ADA YANG NONTON DI BIOSKOP, mereka kebanyakan nonton di televisi kesayangan mereka *entah dvd atau vcd*.

Dan rin ngerasa malu, karena rin merelakan diri rin untuk bersenang-senang dengan cara bercambur baur dengan bukan mahram rin. Klo untuk transportasi okelah, klo untuk belajar di kelas okelah, karena memang tidak ada cara lain, toh sistem Negara kita tidak mau mengatur hal-hal seperti itu, tapi klo untuk bersenang-senang apa kita juga harus okelah? Sementara kita bisa mengusahakan untuk menjauhinya?

Makanya… rin harus menahan diri untuk tidak penasaran dengan film LASKAR PELANGI. Bukunya ok, Filmnya juga *katanya* ok, cara menikmatinya juga harus ok dan di Ridhoi Allah SWT…

Ya to? apa tidak to?

[ Read More.. ]

Sabtu, 13 September 2008

[Ri2n Cerita] Nge-OSPEK

Yang tahun lalu di ospek, sekarang yang ngospek… kemarin tanggal 11-12 September 2008. Dan rin jadi panitianya, sempet seh dimarahin ma keluarga,. “Ngapain seh ikut-ikut kayak gitu, ntar capek!” yupz… memang bener capek, trus setiap rapat pulangnya malem mulu *dan bagi rin rapatnya itu ga efektif, masa rapat tiap hari, dan yang di omongin itu-itu aja*.

Rin masuk devisi kerohanian, koq ospek ada devisi kerohaniannya seh? Yupz… beberapa panitia ingin ada acara cami (calon mahasiswi) keputrian pada saat cama (calon mahasiswa) shalat Jumat.

Kesempatan besar! Itu adalah kesempatan besar bagi rin untuk mengenalkan FKMI di Univ Pakuan terutama di FMIPA . Secara orang itu kenalnya DKM mululu, sedangkan FKMI ga, sekaligus rin bisa menciptakan kader-kader penerus FKMI yang berasal dari FMIPA. Ini peluang besar. Dan aku bisa merencanakan semua.

Ketika aku melihat draft acara. Hm… keputrian hanya diberi waktu 45 menit “adik-adikku akan dapat apa?” batinku. Sempat rin mengajukan keberatan pada devisi acara, tapi tentu aku menjadi orang yang kalah! Dan mau ga mau aku terima acara keputrian yang singkat.

Tanggal 11 pertama kalinya aku menjadi panitia. Dan aku jadi salah satu panitia yang tidak bisa “JUTEX” terlalu lama. Tentu teman-temanku menegur “Depan mereka jangan senyum-senyum rin.”

“Iya…maaf.” Kataku.

Hari kedua menjadi panitia. Tanggal 12, disinilah moment yang sangat berharga buat rin, dan disinilah aku merasa menjadi orang yang GAGAL! Ketika waktu untuk keputrian dipangkas, 5 menit… 10 menit… dan sampai acara keputrian hanya diberi waktu 20 menit! Walaupun tidak ada yang disalahkan, tapi aku merasa GAGAL…

Mudah – mudahan… Allah memberi hidayah pada salah satu dari mereka.

Mudah – mudahan di waktu yang singkat ini, bisa memberi makna diantara mereka.

Tapi ada beberapa hal yang menyenangkan….huhuhuhu… sapa seh peserta P2SPT cami yang ga kenal rin? Yah.. beginilah jadi orang yang beda, jadi pusat perhatian orang-orang. *beda dari segi pakaian*


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(QS 2: Al Baqarah ayat 155)


Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”.
(Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud)

[ Read More.. ]

Rabu, 13 Agustus 2008

[Ri2n Cerita] Sapa yang mau?

"Rin..."

"Iya...?"

"Akhwat bogor ada yang siap nikah?"

"Hm.... ada..."

"Banyak ga?"

"Lumayan..."

"Hehehe.... SELAMAT MENUNGGU IKHWAN MENGKHIBAH deh..."

"Kukira dirimu mau..."

"Bilang "AKU INGIN MENIKAHIMU YA UKHTI" sih gampang...tapi klo dah ijab...baru konsekuensinya yang perlu dipikir...dan di matangkan...materi ada gak cukup...masih banyak yang laen.."

"Hm... payah..."

"Knapa payah rin...mang gitu kan...aku masih gak yakin klo ada akhwat yang mau dibawa susah..."

Hm ini lah cuplikan chat ku dengan seorang ikhwan yang sudah dipersingkat...

Ada kata-kata yang tidak asing, yang selalu ku dengar dari seorang COWOK yang sudah cukup umur untuk menikah, yaitu HIDUP SUSAH....

Pernah aku bicara ma salah satu temanku, dia adalah seorang ikhwan *ceile...* yang udah siap menikah *tapi katanya belum punya calon...hohohoho* ku pernah bilang gini ke dia...

"Nikah itu mudah, tapi ga murah, sesederhana apapun pernikahan itu tetap aja ga murah, sudah memikirkan sampe kesana belum?"

dan dia menjawab...

"Ooo ternyata kamu nggak mau diajak susah..."

wow....begitu jawabnya...

Hi para lelaki!! Apa kah segitu besarnya keinginanmu untuk mengajak istrimu hidup susah??

Kayak bukunya Iwan Januar, pernikahan kita memang bukan pernikahan Cinderela… iya aku juga tau, tapi bisa ga para lelaki itu buang jauh-jauh pikiran untuk mengajak para istrinya hidup susah?

Coba Cung Hand deh, siapa seh wanita yang mau hidup susah?

Tidak terlintas dalam benakku ingin pernikahan dengan Hidup yang Susah. Ya iyalah, klo dari awal tujuannya pengen hidup susah, ya seterusnya hidup bakalan susah, *omongan bisa jadi doa loh*

Kenapa ga diganti aja kalimatnya “Kamu mau ga menikah untuk menggapai keridhoan Allah?” atau “Kamu mau ga menikah untuk menggapai impian dan cita-cita bersama-sama?” dan masih banyak kalimat yang bisa diucapkan yang lebih baik dibandingkan HIDUP SUSAH.

NB : aku bawa2 dua ikhwan disini, bagi yang ngerasa jangan marah ya? Ini kan Cuma ungkapan hati seorang wanita, n bagi yang ngerasa jangan ngaku ya? ntar ketauan, yang malu ya diriku…

[ Read More.. ]

Rabu, 30 Juli 2008

[STORY] Bangga

Aku memandang kedepan, melihat kerumunan mobil angkutan berwarna hijau dan biru memenuhi jalan padjajaran, serta aktivitas orang-orang disekitarnya dengan kesibukan-kesibukan masing-masing, aku berdiri bersandar pada dinding, depan CFC, di Jambu dua, ditemani sepasang telepon umum coin yang sejak aku SMA sampai sekarang masih setia saja menempel di tembok, disebelahku ada perempuan muda yang dari gerak geriknya terlihat seperti sedang menunggu seseorang, sama seperti diriku, aku pun menunggu seseorang.

Aku melirik perempuan muda tadi, kuperhatikan dandanannya, hm… anak gaul ternyata, aku memang tidak tau apa nama dari setiap accesoris dan pakaian yang dia pakai, jadi aku tidak bisa menggambarkan dia memakai apa. tapi aku tau itu dandanan sebagian besar anak-anak perempuan muda zaman sekarang, kuperhatikan wajahnya, cantik… tapi jelas sekali cantik dempulan… fuh…. Ku menarik nafas panjang, mengasihani dirinya dalam hati.

Aku mengambil buku dalam tasku, dan sekalian melihat jam yang ditampilkan telepon genggamku. Masih jam 1, “kayaknya aku terlalu cepat datang” ujarku dalam hati, aku memulai membaca untuk memanfaatkan waktuku, ku baca kata per kata isi buku, ku buka lembar demi lembar setiap halaman. Wuuush…. Angin tiba-tiba bertiup pelan mengibarkan kerudung hitam dan jilbab merahku, aku memandang pantulan diriku dari dinding kaca CFC, entah kenapa aku selalu senang bila melihat bayangan diriku yang memakai kerudung yang lebar, dan jilbabku di kaca, dimanapun itu, aku merasa bangga menjadi wanita yang dilindungi dengan hukum Islam.

Selesai aku mengagumi anugrah yang telah diberikan Allah padaku, aku melanjutkan membaca bukuku. Tidak beberapa lama kemudian, teman-teman perempuan muda yang ada disebelahku datang, ada 3 perempuan sekarang yang ada di sebelahku, tidak kurang dari semenit, tempat mereka berdiri jadi rusuh, rame, dan ribut, membicarakan masalah fashion, style, love and boy. Aku yang sedang membaca jadi tidak bisa fokus, mau mendengarkan mereka berbicara pun aku tidak mengerti mereka itu ngomong apa.

“Eheem…” kataku berdeham pada mereka, dengan terus tetap sibuk dengan bukuku. Mereka lalu terdiam, dan sepertinya mereka ngerasa kalau mereka itu telah mengganggu keasyikanku.

Tapi ternyata diamnya mereka tidak sebentar, salah satu dari mereka dengan nada tinggi dan “nyolot” mulai berbicara “Eh temen-temen tau enggak tadi gw liat ada cewek dandanannya cupu abis deh, mau gaya tapi jadi keliatan norak!” katanya dengan nada lebih tinggi pada kata “norak”-nya.

“Tapi… biarpun tu cewek cupu, norak dan jadul, masih mending dibandingin cewek sebelah kiri gw, lebih jadul! Kayak gitu tuh dandanan orang-orang jaman dahulu kala.” Kata temannya yang lain dengan suara yang ga kalah tingginya.

Aku tahu mereka membicarakanku. Ku lalu menatap mereka. Dan mereka merespon terhadap tingkahku. “Waduh…liat deh bentar lagi kita bakal diceramahin, takuuut.” Ujar perempuan muda yang tadi berada disebelahku.

Aku menahan diriku untuk tidak marah, dan tidak terpancing emosi, lalu ku tersenyum kepada mereka. “Waduh… masih mending dibilang model orang-orang jaman dulu, daripada model manusia purba.” Lalu cepat-cepat ku pergi meninggalkan mereka dengan gaya anggunku, dan mencari tempat lain yang lebih jinak pengunjungnya.

[ Read More.. ]

Minggu, 13 Juli 2008

[Ri2n Cerita] Lo dan gw

"Rin.... lo aja napa yang ngerjain...."

"Koq gw seh?? gw males ach, suruh sapa keq... jangan gw mulu..."

"Ya ampyun... gitu doank aja kagak mau... bentar aja..."

"Ogah... gw sibuk sekarang...."

"Sibuk apa lo..."

"Sibuk menghindar dari lo!"

hm... pasti dianggapan kalian percakapan kayak gini adalah hal biasa... tapi gimana klo yang ngomong itu ternyata akhwat2 yang berjilbab? waduh ga kebayang deh....

jujur... ku dikampus juga kadang2 bicaranya pake "lo gw", anggapan temen2 yang ku ajak ngomong seh biasa aja, tapi kalau udah teteh2 FKMI yang denger atau aku kelepasan ngomong kayak gitu pasti pada bilang..."Ckckckckckc..."

Malu??? Iyaaaaa.... rin malu banget... aku ngerasain seh bahasa itu agak kasar...dan ga pantes diucapin oleh akhwat yang udah di cap "Baik" ma masyarakat karena jilbabnya...

"Tu cewek, dah pake jilbab, masa ngomongnya kasar?"

Makanya ku mau berubah... walaupun butuh proses...yang cukup lama...

pasti bisa... klo dibiasakan...huhuhuhu

*motivasi untuk diriku sendiri*

[ Read More.. ]

Sabtu, 24 Mei 2008

STORY : Saya Mampu

Pak Oman pagi-pagi sekali berangkat menuju sekolah SMPN x, beliau yang dulunya adalah Kepala Sekolah SMP di daerahnya, dipindah menjadi Kepala Sekolah di SMPN x. Dengan mengendarai motor nya, ia melewati setiap jalan, udara pagi menerpa badannya, membuat Pak Oman sedikit menggigil, tapi beliau merasa senang bisa menjadi kepala sekolah di SMPN x, karena selain SMP nya besar dan luas, di SMP tersebut juga termasuk SMP favorit. "Saya akan melakukan perubahan." Guman pak Oman.

Penyambutan Kepala Sekolah baru berjalan dengan lancar, pak Oman berkeliling sekolah, menghafal setiap sudut-sudut sekolah, memperhatikan murid-muridnya di setiap kelas, memperhatikan cara mengajar guru-gurunya. "Saya rasa sekolah ini memang sekolah yang baik dan berkualitas."

Sore hari, ruangan guru sepi, karena sebagian besar guru telah pulang, dan sisanya sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan, tapi seperti terburu-buru ingin cepat-cepat selesai. Pak Oman masih berada dalam ruangannya, santai memeriksa arsip-arsip sekolah, beliau ingin mengenal sekolah ini lebih dekat lagi.

"Pak saya pulang dulu ya pak." Kata Pak Gino.

"Saya juga pak mo pulang dulu." Kata Bu Maria.

"Ya silahkan, hati-hati, salam buat keluarga..." Kata Pak Oman dengan ramah.

"Makasih ya pak... Assalamualaikum..." Ujar Pak Gino sambil berlalu pergi diikuti bu Maria.

"Waalaikumsalam wr wb.." Lalu Pak Oman menyelesaikan tugasnya, sekolah sekarang begitu sepi. "Haaah..." beliau menghela napas panjang. "Minum kopi dulu ach...." Pak Oman menyeduh air panas kedalam gelas yang berisi kopi dan gula. Pak Oman keluar dari ruangannya sambil membawa kopi panas, lalu berjalan menuju kelas 2-b yang lumayan jauh dari ruangannya. "Sekali-sekali saya ingin merasakan duduk di tempat yang biasa murid-murid duduk." kata Pak Oman dalam hati. Pak Oman duduk di kursi paling belakang dan paling pojok sambil menikmati Kopi ditemani angin yang berhembus keluar masuk lewat jendela. Saat sedang asyik menikmati suasana hening di kelas. Tiba-tiba...

"Busyet!! Beneran lo ngelakuinnya di Sekolah? kagak ada yang tau gitu? guru-guru? Ayo lo ceritain dulu ke gw... duduk dulu... duduk dulu"

Terdengar suara seorang Laki-laki di sebelah kelasnya Pak Oman. Spontan kaget Pak Oman mendengar pernyataan anak tersebut. "Ngelakuin apa?" ucap beliau dalam hati dengan penasaran.

"Ya kagaklah... klo ketauan gw dah masuk BP kali....!" Ujar suara lain. Suara anak lelaki.

"Sampe apa aja lo ngelakuinnya?"

"Udah abis tu cewek ma gw.... mantep banget... lo kudu nyobain sekali-sekali."

Pak Oman kaget mendengarnya. Pikiran Negatif muncul.

"Yakin lo dibelakang ga bakalan ada yang tau??"

"Itu mah dah rahasia umum... kakak kelas aja ada yang pernah ngelakuin disitu!"

"Hahahahaha... Parah lo coy....!!! Tapi gw jg pengen ngerasain, ntar gw ma cewek gw..."

"Hahahahaha... bagi-bagi napa..."

Dada Pak Oman sesak mendengarnya... memang waktu ia berkeliling dia tidak memeriksa bagian belakang sekolah, pikiran nya tak tenang, beliau ingin marah, tapi tak bisa juga langsung menyalahkan muridnya. "Saya yang punya kuasa terhadap sekolah ini, dan saya yang harusnya bertanggung jawab terhadap masa depan murid-murid. Klo pun murid-murid bersalah, maka saya harus memperbaiki diri saya, mengapa saya tidak bisa mengendalikan mereka, padahal saya punya kuasa untuk merubahnya." Kata pak Oman dalam hati.

Esok paginya... pak Oman melakukan pekerjaan yang biasanya beliau lakukan. Tapi rasa penasaran dengan Cerita Belakang sekolah, masih tetap melekat dalam benaknya. Pak Oman tak sabar menunggu sore hari tiba. "Klo pun nanti tak terjadi apa-apa, besok, besoknya lagi, besok besoknya lagi sampai seterusnya asalkan saya mampu, akan tetap saya lakukan mengelilingi sekolah ini." Gumannya.

Sore hari yang di nantikan beliau pun tiba, disaat sekolah sepi, hanya ada beberapa anak-anak bermain basket, dan futsal di lapangan, dan beberapa anak-anak perempuan ngerumpi didalam kelas, jantung pak Oman berdetak kencang... pada saat berada di belakang sekolah dia melihat kantin kecil milik penjaga sekolah, lalu ia berjalan terus ke kanan, dia melihat ruangan tapi tidak seperti ruangan, karena tidak berpintu dan tidak berjendela, hanya berdinding semen, tapi ada jalan untuk bisa masuk kedalamnya. "ruang apa itu?" semakin mendekat ke ruangan itu, beliau mendengar nafas anak laki-laki dan perempuan, suara tawa genit seorang perempuan, mendengar hal itu, pak Oman mempercepat langkahnya, beliau sangat marah. Saat beliau sampai di ruangan tersebut, dia melihat sepasang muridnya sedang asyik bercumbu dan saling raba. Dan mereka tak sadar bahwa Kepala Sekolah sedang memperhatikan perbuatan mereka. "Ehem." Pak Oman berdehem keras.

Sepasang murid yang mendengar hal itu, langsung menghentikan dan melihat ke arah suara tersebut berasal. Kedua mata mereka melotot melihat Kepala Sekolah berdiri di depan mereka dengan tampang menahan marah yang luar biasa.

"Bapak..." Kata anak laki-laki itu salah tingkah, dan cengengesan.

Anak perempuan itu tak bisa berkata apa-apa... lalu ia pingsan.

"Bawa dia, dan kamu ke ruangan saya. Sekarang!!" kata pak Oman.

Sejak kejadian itu, sepasang murid itu ditindak lanjuti oleh BP, berita nya pun tersebar luas di SMP x, dan tak pernah ada lagi kejadian seperti itu (Sepengetahuannya Pak Oman).

Masihkah Pak Oman mengelilingi sekolah nya? Selama beliau mampu, beliau lakukan.

By : Ririn Ridho

[ Read More.. ]

Kamis, 08 Mei 2008

STORY : Kerupuk Pisang

Sore hari sangat panas dirumah, tubuhku bercucuran keringat, habis tadi main bola sama teman-temanku dilapangan sebelah mesjid.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam... aduh nak, badanmu kotor sekali, ayo sana mandi, bentar lagi ayahmu pulang." Kata ibuku.

"Ya ibu..." aku langsung menuju tempat yang di sebut ibu kamar mandi, ya... kamar mandi kami, terdapat sumur tua yang berdinding seng, dan beratapkan langit, ember hitam untuk menimba air sudah bolong disana sini, perlu perjuangan berat hanya untuk mendapatkan seember air...

"Kakak...." adek perempuanku memanggil ku saat aku keluar dari kamar mandi.

"Apa dek?" Kataku.

"Adek pengen kerupuknya Pak Ono. Adek pengen...." katanya dengan gelagat manja.

Aku menelan ludah mendengar permintaannya, hm... apa aku punya uang? "Bentar ya dek. kakak ganti baju dulu." kataku sambil masuk kekamar.

"Iya kakaaaak..." ujarnya... lalu ia berlari lari riang seperti kijang dirumah kecil ini.

Aku mengecek tabunganku, kemarin uangnya aku pake buat beli buku sekolah, sudah habis, aku membayangkan bau kerupuk yang digoreng pak Ono, ya... wanginya enak sekali, aku juga sebenarnya pengen, apalagi dimakan pada saat baru diangkat di penggorengan... uh hangat-hangat gurih... tapi mo gimana lagi... aku tidak punya uang...

Aku keluar dari kamarku. Dan adik kecilku sedang menungguku dengan setia.

"Jadi kakaaak??" katanya penuh harap.

Aku terdiam mendengarnya. "Iya dek jadi... ayo.." kataku. Aku berharap, saat diperjalanan nanti aku menemukan uang, atau bila tidak aku bisa meminjam temanku. Aku tidak mau mengecewakan adikku.

Aku menggandeng tangan adikku sambil melihat-lihat kejalan. Adikku melompat senang, dan diwajahnya terbaca kalo dia sedang membayangkan makan kerupuk buatan pak Ono. Tapi di sepanjang jalan aku tidak melihat ada uang, dan makin lama aku berjalan makin dekat aku dengan tempat pak Ono. Aku semakin khawatir. Sepanjang jalan aku hanya melihat pohon pisang. Dan... Aha!

"Dek bantuin kakak yuk cari daun pisang yang bagus-bagus." kataku.

"Buat apa kak?"

"Ya udah bantuin kakak sebentar."

Lalu kami berdua mencari daun pisang di kebon, mencari daun pisang yang terbaik, dan yang besar-besar. Setelah dirasa cukup banyak, aku kerumahnya pak Ono bersama adikku sambil memikul daun-daun pisang.

"Pak Ono... tukar kerupuk dengan daun pisang ya pak?" Kataku.

Pak Ono terdiam, lalu ia pun tersenyum. Ia mengambil daun pisang di tanganku. Lalu ia masuk kedalam rumahnya. beberapa menit kemudian ia keluar membawa kerupuk-kerupuk dibungkus dengan daun pisang. "Nih, makasih ya dek..." Kata pak Ono.

Adikku bersorak-sorak riang, dan kami menikmati kerupuk itu berdua.

*Kisah Khayalan, di jaman dulu mungkin kayak gini kali ya....*

By : Ririn R

[ Read More.. ]

Selasa, 06 Mei 2008

STORY : Athina tersenyum...

Ceritanya dari sudut pandang penulis tentang apa yang dilihat oleh Athina

“Brak!” Athina melemparkan tasnya ke pintu. Lalu ia merebahkan tubuhnya dengan kasar ke tempat tidurnya. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Ia gigit bibir bawahnya.

“Hiks…” Isaknya, Athina berusaha untuk tidak menangis, tapi air hangat itu terus mengalir dari mata indahnya. Athina mengubah posisinya. Bantalnya basah oleh airmatanya. “Kenapa begini seh?” Athina terus mengusap-usap kedua matanya, dengan tangan, bajunya, bantalnya, selimutnya, tapi airmata ini tak mau berhenti. Athina pasrah, ia kalah dengan air matanya sendiri, ia biarkan air matanya menggelitik pipinya. Ia terdiam memikirkan sesuatu. “Hah!” Athina bangkit dari tempat tidurnya, menuju ke tempat dimana ia melempar tasnya. “Hape…Hape… mampus gw klo ampe rusak…” Athina mencari-cari Hapenya di dalam tasnya. “Waaaaah… syukurlah gapapa, hapeku sayank…”

Athina duduk di depan kampusnya bersama teman-temannya. “Ach…” Athina melihat Pi, dia berjalan menuju kantin belakang dan Pi melirik Athina yang pada saat itu Athina sedang melihatnya. Pi tersenyum melambaikan tangannya ke arah Athina. Tapi Athina memalingkan wajahnya ke arah lain, seakan-akan tak memperdulikannya.

Athina menelepon temannya yang satu jurusan dengan Pi, “Hi Pan, ni Athina, pa kabar? Sombong ya… ga pernah kasih kabar.” Athina berusaha menceriakan suaranya. “Hm… Pan, tu bener cewek nya Pi?” Athina memberanikan diri mendengar jawabannya. Lalu ia terdiam… “Hm… syukurlah klo dia dah punya cewek, ceweknya cantik lagi…” Athina menahan perasaan untuk tidak menangis. “Cemburu? Sapa yang cemburu, Athina malah seneng banget…. Iya… masa ga percaya seh?? Hehehehehe….” Athina yang malang, ia tidak bias menahan diri, lagi-lagi ia dikalahkan dengan perasaannya. Ia meneteskan air matanya. “Aduh Pan… gw ga tahan neh pengen kekamar mandi, dah dulu ya….” Athina menutup teleponnya. “Apa yang salah dengan Athina?”

Athina kesal dengan hari Jumat, karena mata kuliahnya disatukan dengan anak-anak kelas Pi, tapi mau tidak mau Athina harus masuk kuliah. Athina masuk ke dalam kelas, dan duduk di kursi paling belakang. Athina melihat kalau Pi memperhatikannya, Athina senang bisa bertemu Pi, tapi kemudian ia kesal ketika melihat perempuan di sebelahnya. Pi memanggilnya dengan suara keras, tapi Athina pura-pura tidak mendengarnya dan bercanda dengan teman-temannya. Dan Pi pun tidak memanggilnya lagi.

Saat mata kuliah itu selesai, Pi menarik tasnya, ia bilang ke Athina klo Athina sombong sama Pi, Athina menatapnya lalu tersenyum, “Ga ada apa-apa” dan menjauhinya. Lalu Athina melihat Pi menuruni tangga berjalan berdua dengan perempuan itu. Athina marah, Athina tidak lagi sedih, Athina benci Pi.

Athina mendapat sms dari Pi, Pi bertanya ke Athina, kenapa Athina berubah sikap sama Pi, Pi lalu mengajak Athina ketemuan di suatu tempat, Athina menjawab sms Pi. “Ok, besok di kampus jam 8”

Athina janjian sama Pi jam 8, tapi Athina berangkat dari rumah jam 9, “Biar aja dia nunggu.” Ujar Athina dalam hati. Pi dah khawatir Athina ga dateng, tapi Pi tetap nungguin Athina.

Athina datang, lalu duduk disamping Pi, “Pi mo Tanya apa ma Athina?” Pi lalu membeberkan semua pertanyaannya selama ini tentang sikap Athina yang berubah. Athina tersenyum. “Bodoh.” Kata Athina. “Athina berpikir kalo Pi bisa menjaga perasaan Athina, Athina percaya setiap omongan Pi, tapi ternyata Athina yang salah telah percaya, Athina Cuma berusaha melupakan penyakit hati di diri Athina dengan cara ini, kalau udah sembuh Athina akan bersikap seperti biasanya lagi.” Athina tersenyum, tapi senyumannya lebih indah, Athina merasa nyaman. Athina puas… Athina telah berpikir dewasa untuk menjadi dewasa. Pi meminta maaf karena sudah mengingkari janji. Athina hanya menjawab dengan senyuman. Ketika itu Athina membentuk prinsip untuk tidak menyukai orang lagi… entah berakhir sampai kapan.

Athina sekarang terlihat lebih cantik, banyak sekali lelaki yang memujanya. Banyak yang berkata hal-hal yang berkaitan dengan cinta, suka, dan sayang kepada Athina. Tapi Athina sudah bukan perempuan yang mudah untuk ditaklukan, Athina hanya menjawab mereka dengan senyuman. Athina pernah ditanya oleh temannya, siapakah lelaki yang Athina cari, lalu Athina menjawab. “Athina mencari pangeran yang tampan akhlaknya, dengan kuda putihnya membawa Athina menuju jalan ke surga, dan mempunyai harta ilmu-ilmu yang bermanfaat.”

By : Ririn R

[ Read More.. ]

Senin, 21 April 2008

[Ri2n Cerita] Maaf aja ga cukup bu...

Yaaaaaah.... bukannya suasana hati rin yang lagi bersambung... tapi ternyata rin dapet inspirasi untuk menuliskan sesuatu...

Kan kemaren2 pernah nulis blog yang judulnya "Kamu Aku...." sekarang udah baekan lagi ma orangnya walaupun udah ga sedeket dulu...

Trus beberapa bulan kemudian dia buat suatu kesalahan kecil, hm... menurut dia seh ga salah, tapi rin ga suka caranya, ya sudah rin blak2an bilang ga suka... walaupun sepele tapi kan untuk perbaikan kudu dikasih tau dari sekarang...

"Rin mo maafin kan?" kata dia.

Rin jawab aja..."Aduuuuh... klo masalah yang besar aja bisa rin maafin, apalagi masalah kayak gini...?"

*Jadi ceritanya rin curhat neh??

eeeeh... sabar dulu... rin ga curhat koq... cuma cerita doank... (apa bedanya yak...??)

pas ngomong kayak gitu... langsung deh tiba2 backgroundnya berubah jadi warna hitam lalu kayak ada 1 garis cahaya berkecepatan tinggi melintas melewati kepalaku...(kayak di komik2 kan begitu tuh klo lagi dapet ide)

Hm... rin sadar... rin banyak banget ya buat dosa, disadari ataupun tidak disadari, tapi setiap rin minta maaf pasti selalu dimaafin... Allah kan Maha Pengampun segala dosa...

Tapi seperti orang2 bilang..."Kata maaf saja ga cukup..."

Kenapa ga cukup?? maaf saja tanpa ada keinginan untuk memperbaiki diri ga ada nilainya...

Sesudah buat dosa, minta maaf, trus buat dosa lagi... (Aduh CPD)

Klo aja... ada temen kita yang buat salah, dia minta maaf trus kita maafin... eh ternyata besok2 dia ngelakuin kesalahan yang sama... (rin seh pasti kesel...)

Maaf bukan hanya sekedar di ucapkan di bibir atau dihati.... tapi Maaf harus disertai dengan perbuatan untuk merubah diri menjadi lebih baik, dan berjanji untuk tidak mengulanginya....

Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu telah berkata :
Aku mendengar Rassulullah S.A.W bersabda :
Sesungguhnya Allah berfirman (maksud) : Wahai anak Adam! Apabila engkau memohon dan mengharapkan pertolonganKu maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak menganggap bahawa ia suatu yang bebanan. Wahai anak Adam! Sekalipun dosa kamu seperti awan meliputi langit kemudian kamu memohon keampunanKu, nescaya Aku akan mengampuninya. Wahai anak Adam! Jika kamu menemuiku(selepas mati) dengan kesalahan sebesar bumi, kemudiannya kamu menemuiKu dalam keadaan tidak syirik kepadaKu dengan sesuatu nescaya Aku akan datang kepadamu dengan pengampunan terhadap dosa sebesar bumi itu.
- Riwayat imam Tarmizi dan kata beliau ia adalah hadis Hasan Sohih -

[ Read More.. ]

Beliau pasti Sedih

Dalam buku Kartini yang fenomenal berjudul Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang, ibu kita saat itu menuliskan kegelisahan hatinya menyaksikan wanita Jawa yang terkungkung adat sedemikian rupa. Tujuan utama beliau menginginkan hak pendidikan untuk kaum wanita sama dengan laki-laki, tidak lebih. Ia begitu prihatin dengan budaya adat yang mengungkung kebebasan wanita untuk menuntut ilmu.

Menurut Kartini, ilmu yang diperoleh para wanita melalui pendidikan ini bukanlah sebagai sarana untuk sekedar menang-menangan dengan laki-laki. Tapi lebih sebagai bekal mendidik anak-anak kelak agar menjadi generasi berkualitas. Bukankah anak yang dibesarkan dari ibu yang berpendidikan akan sangat berbeda kualitasnya dengan mereka yang dibesarkan secara asal? Inilah yang berusaha diperjuangkan Kartini saat itu.

Kartini memang sempat kagum dengan kemajuan yang dicapai oleh wanita Barat. Karena kebetulan saat itu yang menjadi teman koresponden beliau adalah wanita-wanita dari negeri Belanda. Tapi jangan lupa lho, ada perubahan pemikiran pada diri Kartini setelahnya ketika ia mengatakan dalam tulisannya: “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradapan?. Artinya bahwa budaya Barat bukanlah menjadi parameter keberhasilan dalam membentuk sebuah peradapan baru yang bermutu”

Sungguh , ibu kita Kartini pasti menangis dengan teramat nelangsa apabila beliau tahu apa yang dilakukan wanita-wanita sekarang dengan mendompleng nama besar perjuangannya. Lihatlah wanita-wanita yang terserak di jalan-jalan dengan dandanan menor dan baju mini atas nama emansipasi. Mereka meninggalkan kewajiban serta fitrahnya sebagai wanita.

Para wanita itu enggan untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Karena hamil hanya merusak bentuk tubuh indah mereka. Fungsi ibu sebagai pendidik utama juga telah tergantikan dengan keberadaan baby sister di rumah. Anak tumbuh besar dengan didampingi oleh orang lain dan miskin dekapan ibunya. Kehidupan dan karier diluar rumah jauh lebih menggiurkan daripada berkutat dengan anak di rumah.

Sedangkan mereka, para muslimah yang memilih setia manjadi ibu rumah tangga lebih banyak dicibir karena dianggap tidak produktif. Makna produktif di sini adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan uang dan dapat dinilai secara materi.

Sangat disayangkan jika sudah tahu cita-cita Ibu Kartini saat beliau masih hidup dibandingkan dengan fakta yang kita lihat sehari-hari. Dan juga ada apa sih sebetulnya di balik ide emansipasi wanita itu. Ternyata dengan ide ini, bukannya membawa perbaikan nasib semakin terpuruknya ke lembah yang bernama eksploitasi. (DINA; Komunitas Penulis Bogor 36)

Sumber

[ Read More.. ]

Jumat, 04 April 2008

SING LIKE STAR

SING LIKE STAR....

Salah satu acara di Global TV... yang isinya anak2 muda mudi yang gila2an... ada yang nyanyi, and joged2....

Rin pernah nonton sekali... itu juga suatu kebetulan... acarany aneh... masa cewek yang goyangannya teu puguh ga jelas gitu yang menang.... hm.... penilaiannya dari apa?? apa dari expresi kegilaannya aja??

SING LIKE STAR....

Di Universitas Pakuan... Pada hari jumat di depan gedung rektorat... hari jumat yang kudunya diisi dengan kajian2, atau kegiatan2 positif yang bermanfaat, apalagi yang bisa menambah keimanan, malah ada acara kayak beginian... yang ga tanggung2... acaranya dimulai dari pagi ampe sore... wuih...

SING LIKE STAR...

Pada Hari jumat... yang ikut jadi peserta, dan yang ikut nonton.... cewek dan cowok... yang tadi habis sholat jumat *bagi cowok* dan solat dzuhur *Bagi cewek*... langsung menuju ke depan gedung rektorat... lalu perubahan apa yang kalian lakukan setelah solat?? setelah kalian menghadap Allah swt??

SING LIKE STAR...

Apa termasuk acara yang mendidik?? kita ini mahasiswa... knp terima aja dengan acara2 yang bisa membodohi para mahasiswa?? Pulang kampus jam 3... temen2 ngajakin rin nonton acara kayak gitu... wah enggak deh makasih.... rin ga mau termasuk dalam kelompok mereka... terbius dengan kegiatan2 yang ga ada untungnya....

SING LIKE STAR....

aku ILFEEL deh sama kamu....

[ Read More.. ]

Selasa, 25 Maret 2008

Di Kampong Cham, Lupakan Saja Putri Campa

Legenda Putri Campa (atau Putri Cempo) dalam sejarah Majapahit dan Demak nyaris selalu menyertai bayangan orang setiap kali bicara tentang Kamboja, Thailand, atau Vietnam. Dia digambarkan sebagai sosok putri cantik, berkulit kuning dengan pipi merah dadu yang dipersunting Raja Majapahit Prabu Brawijaya Pamungkas. Dan dari putri berdarah Indochina itulah lahir Raden Patah, atau Sultan Fatah, yang juga dikenal sebagai Pangeran Jimbun, pendiri kerajaan Islam pertama di tanah Jawa, Demak Bintara.

Dari mana tepatnya asal usul putri itu, apakah dari keturunan Kerajaan Melayu Campa di Vietnam tengah, putri boyongan dari negeri Siam, atau dari kawasan yang kini menjadi salah satu provinsi di Kerajaan Kamboja bernama Kampong Cham? Provinsi tersebut berada sekitar 120 kilometer ke arah timur laut dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Namanya saja legenda, ya walluhua'lam bissawab.

Merekatkan kedekatan Kamboja, khususnya Campa dengan sejarah Jawa memang beralasan. Terdapat bukti kuat lewat prasasti-prasasti mengenai hubungan antara Jawa dan Sriwijaya dengan Kerajaan Angkor di masa Raja Jayawarman II pada abad kedelapan.

Hubungan itu terkesan semakin rekat bila kita melihat Kampong Cham yang berpenduduk dengan mayoritas muslim. Sebagian dari mereka berbahasa Melayu Cham dan memiliki aksara Jawi (huruf Arab gundul). Dalam komposisi sekitar 12 juta jiwa penduduk Kamboja, yang beragama Islam diperkirakan mencapai sekitar satu juta jiwa. Kalau dalam hitungan itu terdapat 25 masjid, maka sedikitnya ada 25 kampung muslim di seluruh Kamboja, termasuk di Phnom Penh dan di Provinsi Battambang. Jumlah penduduk muslim itu, pada pertengahan 1970-an sempat menyusut drastis ketika rezim komunis Pol Pot melakukan intimidasi dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak sejalan dengan keyakinannya.

Orang Kamboja beragama Islam, menurut Muhammad Ismail, sopir di KBRI Phnom Penh yang berdarah Cham, disebut sebagai "Muslim Khmer". Mereka dikoordinasikan oleh Majelis Tertinggi Agama Islam Kamboja di ibu kota Phnom Penh, tepatnya di kawasan Chrang Chomreh.

Keturunan Vietnam

Penduduk Cham yang biasa disebut sebagai Melayu Cham merupakan keturunan orang-orang Vietnam tengah yang hijrah pada 300 tahun lalu akibat kecamuk perang di negaranya. Gelombang kepindahan itu bukan hanya ke Kamboja, tetapi juga ke Semenanjung Melayu, Aceh, dan kepulauan Hainan.

Tetapi bila Anda berada di Kampong Cham, jangan sekali-sekali membayangkan bisa bersua dengan sosok seperti Putri Campa di sana. Lupakanlah segera sang Putri. Pupuskan segera bayangan kemegahan sebuah istana, selaiknya citra yang mengiringi kehidupan para putri. Apa pasal? Alih-alih menjumpai citra seperti itu, Anda justru akan melihat sejumlah kondisi serba-memprihatinkan di banyak kampung muslim. Hanya ada rumah-rumah panggung dari bangunan kayu kumuh dengan lingkungan masih sangat tradisional dan berfasilitas seadanya.

Siang itu, di dusun Chrua, di tepian Sungai Mekong, anak-anak lelaki berlarian dengan hanya bercelana pendek tanpa mengenakan baju atau kaus. Para perempuan bertransaksi di warung-warung kecil yang berada di mulut kampung. Sejumlah di antara mereka mengenakan kerudung, beberapa tampil "modis", tetapi tetap saja itu tidak menghapus kesan kekumuhan akibat belitan kemiskinan.

Dengan sekali bertanya, cukup sudah buat saya untuk tahu di mana "pusat kegiatan" yang harus saya tuju. Sebuah masjid! Ah, mungkin lebih tepat disebut surau kecil. Itu bangunan paling bagus di antara rumah-rumah panggung yang berderet di tiap sisi jalan. Bangunan kayu sederhana sekitar 10 X 5 meter itu berdiri sedikit di atas ketinggian tanah, menyisakan halaman yang dari kondisinya terlihat seperti bekas bangunan masjid. Sebidang tanah dengan sisa-sisa serpihan lantai keramik itu dipakai untuk shalat Jumat atau shalat id setiap kali jamaah membeludak.

Saya berani menjamin, Anda bakal tidak tega menyaksikan kondisi masjid yang dibangun pada 1974 itu. Ada kesan kuat kalau para pembangunnya ingin membuat interiornya terlihat "gagah" dengan plafon halus. Di atas mihrab sederhana terletak sebuah jam penunjuk waktu shalat dengan tulisan dhuhur sampai shubuh menggunakan huruf Jawi.

Tikar masjid terlihat kusam, tanpa sehelai sajadah pun di sana. Semua itu mewartakan: begitulah keadaan masyarakat Cham di Dusun Chrua yang terletak di tepian sungai di bawah jembatan Kizuna yang dibangun atas bantuan Pemerintah Jepang itu.

"Saya bersyukur ada wartawan Indonesia yang datang kemari. Saya dengar muslim di Indonesia banyak yang kaya. Siapa tahu setelah membaca tulisan Anda nanti, ada yang tergerak untuk memberi sumbangan kepada kami agar bisa merenovasi masjid ini," kata ustad Abdul Rosyid mewakili para jamaah ashar pada sore yang cerah, tetapi memberi kesan kegetiran itu. Betapa polos dan sepenuh hati harapan itu.

Sejumlah dusun di sana mendapat bantuan pembangunan sumur -fasilitas yang sangat dibutuhkan terutama pada musim kemarau- dari rakyat Malaysia dan Singapura. Bantuan untuk pembangunan masjid juga datang dari negara-negara muslim lainnya.

Walhasil, bayangan Putri Campa pun cepat berlalu, sesegera Anda menyaksikan kondisi kehidupan saudara-saudara kita di Chrua, salah satu bagian dari kampung muslim di Kampong Cham.

Sumber: SuaraMerdeka

[ Read More.. ]

Jumat, 21 Maret 2008

Catatan Pengingat aja....

Bilamana aku memakai jilbab di negeri kafir, manusia akan melihat dan memperhatikanku, namun bila aku melepaskan
jilbabku, aku seperti mereka, tak ada yang memperhatikanku.

Wahai sahabatku yang cerdik dan pandai:
sesungguhnya melawan arus kejahatan, konsisten, komitmen, dan konsekwen dalam kebenaran terutama di negeri kafir adalah iman yang diserukan Allah SWT, tidak boleh seorangpun melakukan ijtihad menentukan hukum padahal telah ada nash Al Qur’an dan Al Hadits.

Firman Alloh SWT,,

“Orang-orang yahudi dan nashrani tak akan pernah rela padamu sampai engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenarnya, dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
Pelindung dan Penolong bagimu” (QS. Al Baqarah: 120).

Mereka berkata: “Cukup bagi saya ke-Islamanmu sebatas pada ibadah ritual semata. Adapun ilmu, moral, tingkah laku, pakaian, ide, dan seluruh urusan duniamu, wajiblah engkau mengikuti cara kami”.

[ Read More.. ]

Sabtu, 01 Maret 2008

Diantara Jilbab, Kerudung dan Gamis

“Wah ri2n… gamis nya lucu…. Dikirain pake rok, nyatanya nyambung sama atasannya ya…” Kata temen rin waktu rin pake jilbab Ujian pertamaku…

“Eh… rin ga make gamis, ini namanya jilbab.”

“Jilbab?.” Jawabnya heran.

====================================================================

Hehehehehe…. Respon heran gini dah sering banget rin dapet, dirumah, kampus, dan lain-lain.

Yupz… dari hasil cari mencari, belajar, bertanya, mendengarkan, menghapal, dan memahami. Rin dapet hasil yang rin percaya tentang pendapat masyarakat umum tentang 3 hal yaitu :

  1. Apa itu Khimar/kerudung?
  2. Apa itu Jilbab?
  3. Apa itu Gamis?

Banyak orang yang berpendapat, Jilbab = kerudung… Benarkah?

Ada beberapa hal lucu yang rin dapat, waktu lagi jalan2 neh di gramedia, sambil window shoping, iseng buka ensiklopedia anak arab-indonesia-inggris, rin baca bagian “pakaian”, yang bergambar kerudung tulisan indonesianya Jilbab, bahasa arabnya Khimar, hm… pas bagian gambar Jilbab bahasa indonesianya Baju panjang tapi bahasa arabnya Jilbabun. Wekz… ni buku koq ga konsisten amat….

Nah loh… klo misalnya beliin buku itu buat anak trus anaknya nanya, koq jilbabnya ada 2? Yang ini jilbab, yang ini juga jilbab? Yang bener mana?

So… Jilbab itu apa seh sebenernya?? Adapun jilbab yang sebenarnya adalah baju kurung panjang yang longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah. Ia merupakan kain yang diselubungkan di atas kerudung atau sejenis kain selubung/semacam mantel (milhafah).

QS. Al Ahzab/33 : 59
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang."

Jadi sekarang tau kan jilbab itu apa??

Nah sekarang kerudung yang bagaimana seh yang bener menurut Al-Quran?? Habisnya sekarang kerudung dililit lilit kemana mana, diputer puter, diiket-iket, kadang-kadang rin suka keceplosan ngomong klo misalnya ngeliat temen yang kerudungnya ngetat banget, rin bilang aja “Ini kepala atau korek api seh? Koq ga ada bedanya” apalagi karena sakng ketatnya suka ada yang nongol di belakangnya kayak konde, duh…duh… mo nyelam dimana neh mbak?? *Peace* didukung dengan bajunya yang super duper ketat, kayak buras. Waduh…waduh…

Kerudung gaul katenye seh… ngikutin trend-trend artis jaman sekarang, apa artis yang ngikutin fans ya??

Q.S. An Nur/24 : 31

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya, dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya."

Kan dah jelas-jelas banget perintahnya begitu. Malah wanita klo make krudungnya panjang sampe dada tanpa dililit lilit keliatan lebih terjaga, lebih sopan, lebih nyaman ngeliatnya. Dan (katanya cowok-cowok) lebih keliatan anggun.

Tinggal gamis aja neh yang belum dijelasin… gamis itu apa seh??

Susah euy nyari di internet, rin dapetnya dari temen-temen rin, kira-kira begini neh kesimpulan yang rin dapet dari mereka tentang arti gamis.

Gamis adalah model pakaian yg dipakai nabi Muhammad SAW dan para sahabat, bentuknya terusan dan menyerupai rok panjang sampai berhenti di atas mata kaki. Klo di indonesia, seperti yang dipakai para santri. Ada juga pakaian sunnah yg lain, seperti imamah yg dipakai di kepala atau sorban (turbine) dll. Dan mengenakan gamis InsyaAllah termasuk salah satu dari banyak sunnah Nabi Muhammad SAW.

Begonoh…. Tapi klo ada yang mo nambahin tentang gamis boleh juga… ilmu kan darimana aja…

Jadi tunggu apa lagi?? Klo yang belum pake kerudung, mo kapan makenya?? Yang belum make jilbab?? Mo kapan dipakenya?? Umur ga ada yang tau… jangan tunggu dapet hidayah klo kita berusaha mencapainya, jangan nunggu dapet panggilan klo niat sedikit pun untuk berubah ga ada. Yang namanya wajib ya wajib… otreh!

a. Hadits Pertama : "Tidak diterima shalat wanita yang sudah haidh (baligh) kecuali menggunakan khimar (kerudung)."

b. Hadits Kedua : "Sesungguhnya Asma' binti Abibakr (saat itu ia masih remaja) masuk ke tempat Nabi SAW menggunakan pakaian yang menampak samar-samar bayang-bayang kulit di bawahnya, maka Nabi SAW berpaling darinya sambil bersabda, "Wahai Asma', sesungguhnya wanita itu jika sudah haidh tidak boleh nampak bagian tubuhnya kecuali ini dan ini," beliau SAW memberi isyarat pada wajah dan tapak tangannya."

c. Hadits Ketiga : "Ada 2 kelompok manusia penghuni neraka yang belum pernah kulihat (saat beliau SAW hidup); Yang pertama, laki-laki yang memegang cambuk seperti ekor sapi yang kerjanya memukuli manusia dengannya. Yang kedua, wanita yang berpakaian tetapi telanjang, kalau jalan berlenggang-lenggok menggoda rambutnya seperti punuk unta. 2 kelompok ini tidak masuk Syurga dan tidak bisa mencium bau Syurga, padahal baunya tercium dari jarak sekian dan sekian (jarak yang amat jauh)."

Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” [HR. Muslim no. 145].

Wallahu’alam bi ashshowab.

[ Read More.. ]